PENDIDIKAN PERILAKU HIDUP BERSIH & SEHAT
Sanitasi merupakan pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan akibat buruk terhadap kehidupan manusia, baik fisik maupun mental (WHO). Sarana prasarana sanitasi sekolah/madrasah yang diperlukan antara lain air bersih yang cukup, jamban sehat, sarana cuci tangan dengan sabun air mengalir, pembuangan limbah cair dan tempat sampah. Sanitasi berkaitan erat dengan pelaksanaan pembiasaan hidup bersih (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Kegiatan
Pelaksanaan inspeksi kesehatan lingkungan sekolah/madrasah oleh Puksesmas dan pihak sekolah/madrasah.
Penilaian mandiri kesehatan lingkungan dilakukan setiap bulan oleh sekolah/madrasah.
Pembersihan dan desinfeksi ruang kelas, ruang guru, laboratorium, kantin dan semua ruangan yang terdapat di sekolah/madrasah setiap hari.
Pembersihan dan desinfeksi sarana yang sering tersentuh dengan tangan seperti pegangan pintu, tombol lampu, meja/kursi setiap hari.
Pembersihan sarana luar kelas seperti lapangan.
Pembuangan sampah ke tempat sampah tertutup dan terpilah setiap hari.
Pengumpulan sampah dari berbagai lokasi tempat sampah di sekolah/madrasah ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara setiap hari atau kurang dari setiap hari apabila sampah sudah mencapai ¾ dari isi.
Kerja bakti.
Pelaksanaan 3R (reuse, reduce, recycle).
Reuse : Menggunakan kembali.
Reduce : Berupaya mengurangi sampah.
Recycle : Mendaur ulang.
Waktu dan Tempat
Pembersihan dan desinfeksi dilakukan minimal 2 kali/hari.
Pembuangan sampah ke tempat sampah tertutup dan terpilah serta ke TPS dilakukan setiap hari.
Pelaksanaan reuse atau recycle dilaksanakan 1 kali/minggu atau sesuai kebutuhan.
Dilaksanakan di seluruh lingkungan sekolah/madrasah.
Pelaksana
Kepala sekolah/madrasah, guru dan wali kelas, peserta didik, orang tua/wali, masyarakat sekolah/madrasah lainnya dan masyarakat sekitar sekolah/madrasah termasuk sanitarian di Puskesmas.
Sarana
Surat Edaran/Peraturan penerapan dari sekolah/madrasah.
Tempat sampah tertutup dan terpilah di setiap kelas. Tiap tempat sampah dilapisi plastik.
Alat-alat kebersihan: sapu, plastik.
Cairan pembersih/desinfektan.
Tempat pembuangan sampah sementara terbuat dari bata atau drum yang disertai tutup.
Lokasi pengumpulan sampah untuk di gunakan kembali/Bank Sampah.
Tempat pengolahan sampah/sarana pembuatan pupuk.
Langkah-Langkah
Sekolah/madrasah bekerjasama dengan Puskesmas dan Dinas Kebersihan/Lingkungan hidup mengorientasikan kegiatan sanitasi sekolah/madrasah dan pengelolaan sampah, pengenalan daur ulang sampah dan pembuatan pupuk.
Sekolah/madrasah menunjuk guru yang akan menjadi pembimbing dalam pengelolaan dan daur ulang sampah hingga pembuatan pupuk.
Guru membuat jadwal pelaksanaan pengelolaan sampah.
Kader kesehatan sekolah/madrasah pokja sanitasi dan 3R membantu pelaksanaan pengawasan sanitasi, kerja bakti dan melaksanakan 3R.
Reduce: Tim pengelola sampah menggunakan wadah atau tempat makanan/minuman yang tidak sekali pakai sehingga dapat mengurangi volume sampah plastik bungkus makanan/minuman di sekolah/madrasah.
Reuse: Guru UKS/M membimbing kader kebersihan untuk menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru.
Recycle: Dengan mendaur ulang sampah organik menjadi kompos ataupun sampah anorganik menjadi bahan baru yang bernilai ekonomis. Dalam hal belum memiliki ketrampilan tersebut, kepala sekolah/madrasah dapat meminta bantuan atau bimbingan dari dinas kebersihan atau PKK.
PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah/madrasah sangat penting mengingat belum tersosialisasikannya secara menyeluruh cara perawatan kebersihan organ reproduksi, perilaku seksual pranikah, kehamilan anak yang berisiko dan masalah reproduksi pada peserta didik saat ini dan setelah dewasa. Pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak usia sekolah lebih menekankan kepada proses pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai dewasa sehat dan mengasah kemampuan/daya tangkal peserta didik untuk menghindarkan diri dari perilaku berisiko atau pengaruh luar yang akan berdampak negatif bagi kesehatan mereka khususnya kesehatan reproduksi.
Materi kesehatan reproduksi yang diberikan bagi anak usia sekolah antara lain:
1. Konsep dasar pendidikan kesehatan reproduksi
2. Nilai, norma, batasan diri dan hubungan dengan orang lain
3. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
4. Masalah kesehatan reproduksi peserta didik
5. Gender dan kekerasan
6. Teknologi, informasi dan komunikasi
7. Dukungan dan layanan masalah kesehatan reproduksi di sekolah
Kegiatan
Pemberian materi kesehatan reproduksi kepada peserta didik disesuaikan dengan usia, tingkat pendidikan dan terintegrasi dengan mata pelajaran (diberikan dalam bentuk permainan dan diskusi kasus) secara intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Waktu
Sekolah/madrasah dapat memilih waktu pelaksanaan Pendidikan kesehatan reproduksi sebagai berikut:
Intrakurikuler: dilaksanakan sedikitnya 1 kali setiap minggu pada jam pelajaran Guru BK/Guru kelas atau terintegrasi pada mata pelajaran guru lainnya seperti IPA atau PJOK yang sesuai. Kegiatan dilaksanakan di kelas masing-masing.
Kokurikuler: dilaksanakan sedikitnya 1 kali setiap minggu.
Ekstrakurikuler: dilaksanakan sedikitnya 1 kali setiap minggu melalui kegiatan secara interaktif/dalam bentuk permainan.
Pelaksana
Guru kelas, guru mata pelajaran IPA, PJOK, guru UKS/M, peserta didik.
Sarana
Buku-buku pedoman/panduan kesehatan reproduksi/rencana aksi guru.
Video tutorial dan media KIE lainnya.
Langkah-Langkah
Intrakurikuler: Pendidikan kesehatan reproduksi diberikan melalui program Aksi Guru secara berjenjang dari Direktorat GTK (Guru & Tenaga Kependidikan) Kemendikbud.
Kokurikuler: dilaksanakan seperti alur pemberian pelajaran melalui Kokurikuler seperti biasanya.
Ekstrakurikuler: dilaksanakan sedikitnya 1 kali setiap minggu dengan memberikan pemahaman dan keterampilan terkait kesehatan reproduksi. Guru menyampaikan pendidikan kesehatan reproduksi melalui diskusi, bermain peran, studi kasus dan permainan